Bantuan sudah mulai tiba di Port Au Prince, Haiti. Bantuan disambut beringas oleh warga yang sudah lama terkatung-katung dalam ketidakpastian.
Menurut Juru Bicara Pasukan Perdamaian Brasil PBB David Wimhurst, begitu timnya tiba di lokasi, bantuan pun langsung disambut dengan sikap yang agresif. Mereka berebut makanan dan minuman. "Mereka menilai, apa yang kita lakukan berjalan lamban.
Saat ini, menurutnya, bantuan harus segara disalurkan. Dia mengkhawatirkan, jika tidak diantisipasi, situasi akan semakin tidak terkendali. Padahal, lanjut Wimhurst, bantuan harus dibagikan kepada warga. "Mereka sangat butuh untuk segera diberikan bantuan," tuturnya.
Menurutnya, penyaluran bantuan harus didampingi oleh pengawalan yang ketat sehingga bantuan bisa terdistribusi dengan baik. Pasalnya, tingkat depresi warga di negara yang baru saja diguncang gempa tujuh scala richter ini, sudah sangat tinggi. Penjarahan di supermarket pun sempat terjadi.
"Kami butuh makanan. Kami menderita. Keluarga, tetangga, dan teman-teman saya semuanya menderita. Kami sama sekali tidak punya uang. Kami tidak punya sesuatu yang bisa dimakan. Kami butuh air bersih," jerit salah satu warga, Sylvain Angerlotte (22).
Sebelumnya, Palang Merah Internasional mengestimasikan, jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 45 ribu hingga 50 ribu jiwa. Rata-rata korban tewas tertimbun reruntuhan bangunan.
Sebenarnya, negara-negara dari Eropa, Asia dan Amerika telah memberikan bantuan. Bantuan yang dikirimkan, antara lain biskuit, makanan kemasan, air, jaket, selimut, alat-alat berat untuk evakuasi, helikopter, dan bensin. Namun semuanya itu terkendala oleh infrastruktur setempat, seperti bandara dan pelabuhan yang beroperasi terbatas.
Menurut Juru Bicara Pasukan Perdamaian Brasil PBB David Wimhurst, begitu timnya tiba di lokasi, bantuan pun langsung disambut dengan sikap yang agresif. Mereka berebut makanan dan minuman. "Mereka menilai, apa yang kita lakukan berjalan lamban.
Saat ini, menurutnya, bantuan harus segara disalurkan. Dia mengkhawatirkan, jika tidak diantisipasi, situasi akan semakin tidak terkendali. Padahal, lanjut Wimhurst, bantuan harus dibagikan kepada warga. "Mereka sangat butuh untuk segera diberikan bantuan," tuturnya.
Menurutnya, penyaluran bantuan harus didampingi oleh pengawalan yang ketat sehingga bantuan bisa terdistribusi dengan baik. Pasalnya, tingkat depresi warga di negara yang baru saja diguncang gempa tujuh scala richter ini, sudah sangat tinggi. Penjarahan di supermarket pun sempat terjadi.
"Kami butuh makanan. Kami menderita. Keluarga, tetangga, dan teman-teman saya semuanya menderita. Kami sama sekali tidak punya uang. Kami tidak punya sesuatu yang bisa dimakan. Kami butuh air bersih," jerit salah satu warga, Sylvain Angerlotte (22).
Sebelumnya, Palang Merah Internasional mengestimasikan, jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 45 ribu hingga 50 ribu jiwa. Rata-rata korban tewas tertimbun reruntuhan bangunan.
Sebenarnya, negara-negara dari Eropa, Asia dan Amerika telah memberikan bantuan. Bantuan yang dikirimkan, antara lain biskuit, makanan kemasan, air, jaket, selimut, alat-alat berat untuk evakuasi, helikopter, dan bensin. Namun semuanya itu terkendala oleh infrastruktur setempat, seperti bandara dan pelabuhan yang beroperasi terbatas.
0 komentar:
Posting Komentar