Boediono: Kalau Ada Yang Bilang 2008 Tak Krisis Berarti Tak Jujur

11.26 by
BoedionoMantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono menilai jika ada pihak yang mengatakan pada bulan-bulan di tahun 2008 tidak ada krisis atau hanya krisis ringan saja, maka berarti orang tersebut tidak tahu atau tidak jujur.

Hal tersebut terungkap dalam 'Buku Putih' yang dikeluarkan BI dengan judul "Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia".

"Menurut mantan Gubernur BI Boediono, apabila ada yang mengatakan bahwa pada bulan-bulan di tahun 2008 itu tidak ada krisis di Indonesia atau hanya krisis ringan saja, ia katakan bahwa yang bersangkutan tidak mengetahui keadaan atau tidak jujur," demikian tertulis dalam buku putih tersebut pada halaman 14.

Tidak disebutkan memang pihak siapa yang disebut tidak jujur tersebut. Namun yang pasti, mantan Wapres Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, pada tahun 2008 memang terjadi krisis, namun tidak seberat apa yang disampaikan beberapa pihak.

"Ada krisis, tapi tidak sejauh itu, tidak seberat apa yang dibicarakan bahwa negara ini mau kolaps dan macam-macam. Enggak lah," ujar Jusuf Kalla dalam rapat dengan pansus Bank Century di Gedung DPR/MPR, Jakarta.

Dalam 'buku putih' tersebut juga dikutip pernyataan Boediono bahwa DPR ketika itu menerima dua Perppu (Perppu Amandemen UU BI dan UU LPS) menjadi UU. Bahkan, DPR juga meminta pemerintah segera mengajukan RUU JPSK.

"Hal ini memperlihatkan bahwa DPR pun menyepakati bahwa kondisi saat itu adalah krisis dan menyetujui langkah-langkah pemerintah dan BI mengatasi situasi yang tidak normal," papar Boediono dalam buku tersebut.

Dengan adanya payung hukum yang telah disetujui DPR memperlihatkan Indonesia sudah jauh lebih siap dalam menghadapi situasi krisis. Koordinasi antarinstansi, menurut pengambaran Boediono, khususnya BI dan Departemen Keuangan, juga jauh lebih baik dibanding 12 tahun silam ketika krisis serupa.

"Dalam situasi krisis yang mendalam dan eksplosif, kebijakan yang diambil BI pun menitikberatkan pada upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan kepercayaan pasar serta menghindari penutupan bank. Mengapa begitu? Sebab, bank sekecil apa pun apabila ditutup pada saat krisis berpotensi menjadi pemicu runtuhnya kepercayaan nasabah pada bank-bank lainnya," demikian 'buku putih' tersebut.

Berbagai indikator kondisi krisis juga diungkapkan BI dalam buku putih tersebut. Salah satunya adalah cadangan devisa yang hanya tersisa US$ 51,6 miliar per akhir Desember 2008. Padahal 5 bulan sebelumnya cadangan devisa masih US$ 60,6 miliar atau berarti menguap US$ 9 miliar (sekitar 15%).

"Berita itu kurang mendapat perhatian masyarakat karena publik tidak melihat keterkaitan langsung antara raibnya cadangan devisa dengan menipisnya asap dapur mereka. Padahal, menguapnya cadangan devisa yang begitu besar adalah harga mahal yang harus dibayar -oleh seluruh rakyat Indonesia- untuk menstabilkan keperkasaan uang mereka (rupiah) agar tak terus meloyo menghadapi dolar AS," urai BI dalam 'buku putih' tersebut.

0 komentar: