Batalnya kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Belanda menimbulkan pro dan kontra. Lalu apa jadinya kalau Presiden benar ke Negeri Kincir Angin tersebut?
Sedianya Presiden Yudhono tiba di Belanda terhitung 6 Oktober lalu, selama tiga hari. Sejumlah agenda pun telah dipersiapkan. Namun, semua rangkaian acara tersebut batal.
Seandainya Presiden beserta rombongan jadi ke Belanda, salah satu agenda yang telah dipersiapkan adalah mengunjungi dua universitas besar di Belanda, yaitu Universitas Leiden dan Universitas Wageningen. Di Leiden SBY akan mengadakan kuliah umum di Academie Gebouw.
Awalnya, mahasiswa Indonesia yang sedang menjalankan studi di Belanda senang akan kedatangan RI 1. Maklum saja, bagi para mahasiswa perantau yang jauh dari keluarga dan Tanah Air akan merasa "hangat" jika bertemu dengan orang sebangsa, apalagi sekaliber Presiden. Tapi begitu dinyatakan batal, para mahasiswa pun gigit jari.
"Sayang sekali padahal, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Leiden dan Wageningen sudah semangat menunggu kedatangan Pak Presiden," demikian pernyataan para dirantau dalam situs Pengalamanku Hidup dan Belajar di Belanda.
Seperti diberitakan, Presiden Yudhoyono mendadak membatalkan kunjungannya menyusul adanya gugatan Republik Maluku Selatan (RMS) di pengadilan Negeri Belanda, atas tuduhan terjadi pelanggaran HAM berat terhadap rekan-rekannya yang ditahan Pemerintah Indonesia.
Sekedar informasi pada tahun ini, tercatat 1.350 warga Indonesia menuntut ilmu di Belanda, baik untuk jenjang doktoral, master, sarjana, maupun short course.
Rata-rata warga Indonesia yang berangkat untuk belajar di Belanda mencapai 550 orang per tahun. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada rangking kedua, setelah China, dari negara asing non-Uni Eropa.
Sementara, secara internasional, Indonesia menempati rangking keenam di bawah Jerman, Belgia, China, Prancis, dan Spanyol.
Tercatat, sebagian besar mahasiswa asal Indonesia menempuh jenjang pendidikan master dengan memanfaatkan beasiswa yang banyak disediakan oleh pemerintah Belanda. Jumlahnya mencapai 70 persen dari total mahasiswa asal Indonesia.
“550 orang per tahun adalah posisi kedua setelah China untuk negara di luar Eropa. Hubungan sejarah yang panjang menjadikan minat pelajar asal Indonesia cukup tinggi,” ujar Direktur Netherlands Organization for International Coorporation in Higher Education (Nuffic Neso) Indonesia belum lama ini.
Sedianya Presiden Yudhono tiba di Belanda terhitung 6 Oktober lalu, selama tiga hari. Sejumlah agenda pun telah dipersiapkan. Namun, semua rangkaian acara tersebut batal.
Seandainya Presiden beserta rombongan jadi ke Belanda, salah satu agenda yang telah dipersiapkan adalah mengunjungi dua universitas besar di Belanda, yaitu Universitas Leiden dan Universitas Wageningen. Di Leiden SBY akan mengadakan kuliah umum di Academie Gebouw.
Awalnya, mahasiswa Indonesia yang sedang menjalankan studi di Belanda senang akan kedatangan RI 1. Maklum saja, bagi para mahasiswa perantau yang jauh dari keluarga dan Tanah Air akan merasa "hangat" jika bertemu dengan orang sebangsa, apalagi sekaliber Presiden. Tapi begitu dinyatakan batal, para mahasiswa pun gigit jari.
"Sayang sekali padahal, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Leiden dan Wageningen sudah semangat menunggu kedatangan Pak Presiden," demikian pernyataan para dirantau dalam situs Pengalamanku Hidup dan Belajar di Belanda.
Seperti diberitakan, Presiden Yudhoyono mendadak membatalkan kunjungannya menyusul adanya gugatan Republik Maluku Selatan (RMS) di pengadilan Negeri Belanda, atas tuduhan terjadi pelanggaran HAM berat terhadap rekan-rekannya yang ditahan Pemerintah Indonesia.
Sekedar informasi pada tahun ini, tercatat 1.350 warga Indonesia menuntut ilmu di Belanda, baik untuk jenjang doktoral, master, sarjana, maupun short course.
Rata-rata warga Indonesia yang berangkat untuk belajar di Belanda mencapai 550 orang per tahun. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada rangking kedua, setelah China, dari negara asing non-Uni Eropa.
Sementara, secara internasional, Indonesia menempati rangking keenam di bawah Jerman, Belgia, China, Prancis, dan Spanyol.
Tercatat, sebagian besar mahasiswa asal Indonesia menempuh jenjang pendidikan master dengan memanfaatkan beasiswa yang banyak disediakan oleh pemerintah Belanda. Jumlahnya mencapai 70 persen dari total mahasiswa asal Indonesia.
“550 orang per tahun adalah posisi kedua setelah China untuk negara di luar Eropa. Hubungan sejarah yang panjang menjadikan minat pelajar asal Indonesia cukup tinggi,” ujar Direktur Netherlands Organization for International Coorporation in Higher Education (Nuffic Neso) Indonesia belum lama ini.
0 komentar:
Posting Komentar